Rabu, 15 Juni 2011

CEGAH KETERPURUKAN INDONESIA - BELAJAR DARI HIKAYAT KOREA

Pada saat jaman perang tiga negara, Korea terbagi menjadi tiga negara besar: Silla, Baekjae, Goorgyoo. Kerajaan Baekjae sendiri gabungan dari beberapa suku dengan keahlian berbeda yang bersatu dalam menghadapi serangan dua kerajaan lain. Salah satu sukunya adalah Hanaelju. Suku ini adalah suku yang paling terampil dan cerdas, berbagai penemuan Kerajaan Baekjae berasal dari suku tersebut. Suku ini bertanggung jawab di Taehaksa, suatu departemen di dalam Kerajaan yang bertanggung jawab untuk membuat berbagai barang, dan juga mengatur jalannya upacara ritual Kerajaan.

Pada pemerintahan Raja Waedong, Raja ke-27 Baekjae, terjadi pergolakan politik di dalam negeri. Keponakan Raja, Jendral Bo Yoensoo berambisi menjadi Raja. Pada saat kondisi kesehatan Raja memburuk, pembesar kerajaan menginginkan segera ditunjuk pengganti Raja.

Putra Raja Waedong, Pangeran Aja saat itu sedang berada di Jepang untuk melakukan misi diplomasi. Jendral Bo yang berambisi menjadi raja sengaja menghalang-halangi Pangeran Aja untuk kembali ke ibu kota agar posisi putra mahkota kosong dan memaksa agar dialah yang ditunjuk menjadi putra mahkota.

Karena situasi politik luar negeri yang mendesak, dan adanya berita Pangeran Aja kemungkinan tewas dalam perjalanan pulang akhirnya Raja bersedia menunjuk keponakannya untuk menjadi Putra Mahkota. Tapi ritual pengangkatan Jendral Bo sebagai Putra Mahkota gagal. Suku Hanaelju yang bekerja di Taehaksa dan berperan sebagai penanggung jawab ritual dianggap sengaja menciptakan kegagalan tersebut.

Karena suku itu menyebabkan Jendral Bo gagal menjadi Putra Mahkota dalam upacara ritual kerajaan, maka Jendral Bo segera menyingkirkan suku Hanaelju dari departemen Taehaksa. Jendral Bo menfitnah suku tersebut sengaja mengacaukan ritual upacara pengangkatan Putra Mahkota dihadapan Raja. Mengetahui kondisi mereka dalam bahaya, suku hanaelju melarikan diri ke daerah perbatasan Silla dan Baekjae.

Kerajaan Silla  yang mengetahui suku tercerdas dari Baekjae melarikan diri ke daerah mereka berusaha membujuk suku Hanaelju untuk berbakti pada Kerajaan Silla dan menyerahkan segala pengetahuan mereka bagi kemakmuran Kerajaan Silla. Suku Hanaelju yang setia pada Baekjae menolak bujukan tersebut, akhirnya mereka dibantai di Kerajaan Silla. Sebagian yang selamat hidup sebagai buron di Kerajaan Silla.

Sementara itu departemen Taehaksa yang ditinggalkan oleh suku Hanaelju menjadi semakin bobrok. Orang orang baru dengan mudah mendapat gelar insinyur karena kekuasaan dan uang. Mereka lulus ujian dengan mencuri karya orang lain. Karir mereka meningkat pesat langsung menjadi kepala bagian di departemen Taehaksa bukan karena kemampuan mereka tapi karena mereka mendukung Jendral Bo dan membayar sejumlah uang. Bahkan Jendral Bo menunjuk salah satu kerabatnya sendiri yang bukan seorang ahli untuk duduk sebagai kepala Taehaksa agar departemen tersebut menjadi pendukungnya.

Perkembangan teknologi Baekjae merosot drastis, Taehaksa tidak mampu menciptakan temuan baru untuk mendukung kemakmuran Kerajaan Baekjae karena insinyur yang dihasilkan departemen mereka bukan lagi orang orang yang benar-benar mampu di bidangnya. Bahkan ketidakmampuan departemen ini dalam menciptakan produk yang diminta negara Silla dan Goorgyoo membuat posisi dan kewibawaan negara Baekjae semakin terancam.

Pada tahun ke-10, kondisi negara Baekjae semakin kritis. Aliansi dengan negara Goorgyoo terancam karena Baekjae tidak mampu memenuhi standar produksi yang diinginkan Goorgyoo. Di lain sisi negara Silla berambisi memperluas kekuasaan hingga Baekjae. Karena disibukkan dengan berbagai masalah tersebut akhirnya Pangeran Aja berhasil menerobos pertahanan Jendral Bo dan masuk hingga ibu kota menemui Raja.

Saat itu Silla menyerang Baekjae, pasukan Jendral Bo mengalami kekalahan besar. Pangeran Aja dengan dibantu salah satu suku Hanaelju yang telah menjadi teman pangeran membawa pasukan bantuan dan berhasil menyelamatkan benteng, bahkan memukul mundur pasukan Silla dan merebut salah satu bentengnya.

Berkat kemenangan di dalam perang tersebut, akhirnya Pangeran Aja kembali mendapatkan kehormatan. Suku Hanaelju pun mendapat pengampunan dari Raja dan diperbolehkan kembali ke Taehaksa. Tapi Taehaksa sudah dikuasai oleh orang orang Jendral Bo. Mereka dihalang-halangi untuk menciptakan penemuan-penemuan baru. Segala gerak gerik mereka dibatasi dan tidak disupport untuk menciptakan hal-hal baru demi kemakmuran Baekjae.

Menemukan kondisi Taehaksa sudah menjadi sangat korup, suku Hanaelju berusaha melakukan reformasi, tapi tidak mendapat dukungan dari orang orang dalam yang selama ini sudah terbiasa dibayar atas penemuan mereka yang dipakai oleh orang orang baru untuk bisa mendapat gelar insinyur. Bahkan suku ini dimusuhi oleh orang orang Taehaksa sendiri. Para kepala bagian yang ketakutan kekuasaan mereka terancam dengan masuknya suku Hanaelju merapatkan barisan dan menggunakan segala cara untuk mengeluarkan lagi suku Hanaelju dari departemen Taehaksa.

Cerita ini saya potong disini, karena saya rasa kondisi ini benar benar mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini. Orang yang benar benar memiliki kemampuan tidak mendapat tempat di negeri ini jika mereka tidak mendukung penguasa. Sebaliknya penguasa menunjuk seseorang untuk menduduki suatu jabatan bukan karena kemampuannya tapi karena mereka bisa menyenangkan penguasa, tidak peduli jika ternyata mereka tidak memiliki kemampuan apapun.

Ketika sebuah negara mengalami kemunduran pesat dalam bidang teknologi, ataupun sulit berkembang itu berarti ada yang salah di dalam sistem kekuasaan negara itu sendiri. Baekjae mengalami kemunduran bukan saja karena Googyoo menuntut kualitas produksi yang lebih baik, bukan juga semata-mata karena serangan dari negara Silla. Tapi lebih daripada itu karena ada seorang pemimpin di dalam negeri itu sendiri yang serakah, culas, egois, dan tidak memperdulikan kepentingan bersama di dalam negeri itu dan dia lebih mementingkan kepentingan dia sendiri untuk berkuasa dengan segala cara!

Bagi saya selama sistem pendidikan di negara kita ini amburadul seperti di Taehaksa, murid lulus ujian negara dengan mencontek, dan bahkan lebih parah lagi gurunya sendiri yang memberi contekan agar murid di sekolah tersebut lulus 100%, dan ketika ada orang yang jujur membeberkan kebobrokan itu semua malah dimusuhi, maka tidak lama lagi Indonesia akan semakin terpuruk dan hancur.

Jangan salahkan investor asing bisa mengangkangi negeri kita karena produk pendidikan di negeri kita ini tidak benar benar menghasilkan orang orang yang terdidik dengan baik untuk menghasilkan teknologi yang benar benar berguna bagi kemajuan bangsa! Kalaupun ada yang berhasil mereka juga tidak didukung oleh pemerintah sehingga ditarik oleh kepentingan asing yang menggunakan penemuan mereka untuk dijual di Indonesia sendiri dengan harga mahal!

Hikayat di atas terus diceritakan di Korea agar masyarakat sadar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari. Sekarang apa yang ingin kita ceritakan pada anak anak kita? betapa kejamnya para investor asing, kita harus membenci orang asing, bahwa kita ini tidak punya dosa apapun, orang orang asing itulah yang serakah dan berdosa sehingga menyebabkan negara kita terpuruk? Jika itu yang kita ceritakan maka akan semakin lama Indonesia ini bangkit dari keterpurukan.